Laman

Sabtu, 29 September 2012

AIDS DALAM KEHAMILAN

Identifikasi HIV saat kehamilan sangat berguna sekali dalam pencegahan penularan perinatal (MTCT: mother to child transfusion) dan direkomendasikan untuk dilakukannya skrening secara universal. Tujuan terapy HUV adalah untuk mencegah terjadinya penularan secara vertikal dengan mengurangi angka viral load < 1000 kopi/ml. Rata-rata penularan ini berhubungan erat dengan jumlah viral load dan beberapa faktor yang lain memainkan peranan yang penting.

Semua wanita hamil dengan HIV positif harusnya diberikan obat kombinasi antiretroviral, termasuk disini adalah AZT (zidopudine), yang disesuaikan berdasarkan diagnosis dari tanda klinis dan status imunology nya. Plasama HIV-1 RNA harus dimonitor setiap trimester.

Wanita dengan kadar viral load > 1000 kopi/ml seharusnya disarankan untuk dilakukan tindakan SC pada saat umur kehamilan 38 minggu untuk mengurangi risiko penularan. Dengan terapy antiretroviral yang efektif , SC elektif dengan viral load >1000 kopi/ml, dan pemberian PASI dapat menurunkan risiko penularan sekitar 2%.

DIAGNOSIS

Untuk mendiagnosis HIV dilakukan pemeriksaan ELISA (Enzym Linked Imunnosorbent Assay) jika positif dilanjutkan dengan pemeriksaan western blot. Mengenai repid test yang sering kita lakukan, untuk sensitivitas dan spesifisitas nya 95-100%, dengan postif predictive value nya tergantung dari prevalensi penyakit pada satu populasi.

PATOFISOLOGY

HIV pertama sekali menginfeksi sell T-Lymposit yang mengexpresikan antigen CD4, ketika kadar CD4 menurun, maka progresifitas AIDS semakin meningkat dengan karakteristik infeksi opurtunitis dan keganasan.

KLASIFIKASI

Menurut CDC (Centre for Disease Control and Prevention) didasarkan pada klinis dan hasil laboratorium.
1. Symtomatik
2. Kondisi AIDS
3. Kadar CD 4 (1) > 500,  (2), 200-499, (3) < 200 sell/mm3


FAKTOR RISIKO

Risiko terjadinya penularan sangat erat sekali dengan kadar viral load saat persalinan. Faktor risiko lain antara lain
1. kadar CD4 yang rendah < 200
2. tidak pernah mendapatkan terapy antiretroviral
3. ketuban pecah dini lebih dari 4 jam
4. terinfeksi virus hepatitis C
5.penyakit menular sexual
6. Persalinan prematur
7. korioamnionitisi

Faktor risiko maternal (ibu) antara lain tidak memakai kondom,  oral sex dengan partner yang terinfeksi, berbagi jarum suntik, berhubungan sex dengan status belum diketahui bahwa terinfeksi HIV, transfusi, terkontaminasi oleh darah yang terinfeksi HIV.
Adanya ulkus pada pasien dengan penyakit menular sexual, sypilis, genital herpes, infeksi klamidia, GO atau bakterial vaginosis, meningkatkan infeksi HIV selama melakukan hubungan sex dengan partner yang positif HIV.

 Tidak terdapat bukti bahwa HIV menular melalui keringat, air mata, air kencing, feses,  atau gigitan serangga.

KOMPLIKASI

Ibu : meningkatkan kejadian korioamnionitis, postpartum endometritis, dan infeksi luka.
Janin: terjadi persalinan prematur, tapi tidak meningkatkan kejadian janin tumbuh lambat (IUGR), kematian bayi, atau rendahnya apgar skor.

EFEK AIDS PADA KEHAMILAN

Transmisi perinatal dapat terjadi pada saat antepartum (25-40%), intrapartum (60-75%) dan ASI (14%). Penularan  ke janin  sangat berkaitan erat dengan kadar viral load. terdapat hubungan yang kuat antara kadar viral load dengan risiko penularan, walaupun bisa saja menular pada semua lvel kadar viral load. Rata-rata kadar viral load , jika dia mendapatkan terapay HAART (highly active antiretroviral terapy) 1,2%, jika mendapat monoterapy AZT 10,4% dan jika tidak mendapatkan terapy 25%.


MANAJEMEN KEHAMILAN

1. Skrening
    Dengan pemeriksaan ELISA dan jika positif dilanjutkan dengan pemeriksaan western blot. Skrening seharusnya diulang pada saat umur keham ilan 28-32 minggu. jika hasil rapid tes nya positif, terapy antiretroviral harus segera diberikan tanpa menunggu hasil konfirmasi dari test yang lenih konvensional.

2. Prinsip
    Prinsip dalam pemberian ARV ini adalah bertujuan untuk mencapai kadar HIV-n RNA dibawah 1000 kopi/ml. Risiko terjadinya transmisi ke janin <2% jika mendapatkan terapy ARV, SC elekttif, dan pemberian PASI. 

3. Prekonsepsional konseling
  • terapy ARV, menghindari agen teratogenik
  • pengukuran kadar CD4
  • imunisasi yang lengkap
  • status gizi ibu dengan pemberian asam folat
  • skrining dan pengobatan untuk PMS
  • srining untuk penggunaan jarum suntik (drug abuse)
  • memberikan nasehat untuk memenimalkan risiko penularan secara sexual

TERAPY ANTIRETROVIRAL (ARV)

Jika pasien baru yang terdiagnosis pada trimester pertama dan tidak menunjukan tanda keparahan pada penyakitnya bisa diberikan saat umur kehamilan 14 minggu untuk menghindari terjadinya embryopaty yang berhubungan dengan pengobatan.
ARV harusnya diberikan saat umur kehamilan 28 minggu untuk mencapai kadar viral load yang tidak terdeteksi serta menentukan cara persalinan yang lebih baik untuk menurunkan terjadinya pemularan.

AZT (zidopudine) 2x300mg diberikan saat umur kehamilan 14 minggu sampai proses persalinan berlangsung. , pada saat persalinan diberikan AZT IV 2mg/kg selama 1 jam kemudian dilanjutkan 1mg/kg/jam sampai persalinan.

Bayi yang baru lahir harusnya mendapatkan AZT paling lama 6 minggu setelah persalinan (dosisnya 2mg/kg)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar